Sabtu, 30 Juli 2016

Memahami Cara Penggunaan Twixtor

Di minggu lalu kita sudah memahami beberapa hal mendasar untuk mendapatkan efek gerakan lambat yang baik melalui peralatan sederhana. Video gerakan lambat tersebut bisa kita sempurnakan melalui pemakaian beberapa perangkat lunak yang kompatibel dengan beberapa perangkat lunak editing. Beberapa perangkat lunak editing yang umum untuk OS Mac maupun Windows sudah kompatibel dengan software Twixtor.
Younameit! Productions (Ilustrasi : http://www.fubiz.net/)

Secara sederhana, Twixtor bekerja untuk menambahkan frame-frame yang ‘hilang’ dari footageyang kita miliki. Untuk kehalusan gambar, biasanya kita mengambil gambar dengan menggunakan 50 atau 60 fps. Seperti yang sudah dijelaskan di artikelini. Melalui penggunaan fps yang tinggi, detil-detil gerakan akan tertangkap kamera. Kenapa detil gerakan penting? Sebab detil tersebut yang akan diolah menjadi gerakan lambat. Twixtor akan memperhalus gerakan-gerakan yang tertangkap kamera tersebut sehingga seakan-akan kita mengambil gambar dengan menggunakan kamera mahal layaknya Phantom.
Berikut beberapa tips untuk menggunakan software Twixtor :
  1. Pada saat shooting, gunakan shutter speed yang ada di kamera kita di angka yang paling tinggi. Seperti 1/2000 – 1/4000. Ini mengharuskan kita untuk mendapatkan pencahayaan yang cukup.
  2. Gunakan background/latar belakang yang tidak memiliki banyak corak warna saat objek akan di-shoot
  3. Shoot objek dari posisi 10-15 meter dari objek. Hal ini diperlukan agar kamera mampu menangkap keseluruhan gerakan dari objek. Bila kita terlalu dekat, detil gerakan yang tertangkap kamera menjadi jauh lebih sedikit.
  4. Tangkap objek gambar di titik tertinggi. Misalkan kita mengambil gambar skateboarder, pada saat dia melakukan gerakan dan sampai di titik tertinggi sebelum dia turun lagi, itulah momen terbaik untuk video gerakan lambat kita.
  5. Setelah masuk ke proses editing, pergunakan Twixtor di After Effects. Beberapa fitur yang dimiliki oleh software After Effects memungkinkan footage yang kita miliki dimanipulasi secara baik.
  6. Pastikan setting-an Twixtor kita sesuai dengan setting-an dari footage yang kita miliki. Terutama terkait dengan frame rate yang kita gunakan, Jika tidak sama, maka Twixtor tidak mampu mengolah data gambar dengan baik dan akan terlihat seperti patah-patah.
  7. Penggunaan matte yaitu blok hitam di bagian atas dan bawah layar, bisa jadi merupakan solusi untuk ‘menyembunyikan’ beberapa bagian gambar yang terlihat tidak sesuai dengan aslinya. Melengkung di beberapa bagian tubuh, misalnya.
  8. Jika ada beberapa frame yang memiliki masalah seperti di poin nomor 7, segera buang beberapa frame tersebut. Jika kita memaksakan untuk mengedit frame-frametersebut di software editing, maka hasilnya tetap tidak akan maksimal.
  9. Penggunaan motion blur effect bisa membantu Twixtor untuk mengurangi atau menyembunyikan beberapa bagian gambar yang tidak maksimal

Rabu, 27 Juli 2016

Belajar Membuat Timelapse

Ada yang bilang, orang sukses nggak pernah berhenti belajar. Iya, karena hidup ini nggak pernah berhenti mengajari kita. Orang yang berhenti belajar, otomatis berhenti meningkatkan kemampuannya. Orang yang berhenti belajar, nggak bakal berkembang. Dan terkadang, orang yang pinter adalah mereka yang selalu merasa bodoh, mereka yang selalu ingin tahu akan banyak hal. Karena mereka nggak pernah berhenti belajar dan terus belajar. 

Biar bisa pinter dan sukses, saya ingin selalu belajar. Kayak beberapa waktu lalu, saya sempet belajar bikin StopMotion. Yah, belum bagus-bagus banget. Namanya juga masih belajar. Kali ini, saya coba belajar bikin Timelapse. Timelapse adalah sekumpulan foto yang diambil dengan periode beraturan, kemudian disusun jadi klip video pendek. 

Periodenya lama, bisa makan waktu berjam-jam. Objek yang difoto juga biasanya objek yang pergerakannya lambat. Kayak pergerakan awan, matahari terbit/terbenam, suasana kota, bintang-bintang di langit, dan lain-lain. Sama kayak StopMotion, timelapse juga masih mengenal patokan fps (frame per second). Pada umumnya, timelapse make kecepatan 24 fps sampai 30 fps karena gerakannya terkesan smooth dan nggak patah-patah. 

Artinya apa tuh, ? 

Misalkan gini, saya pengen buat durasi video 15 detik pada kecepatan 30 fps. Jumlah foto yang harus diambil adalah 450 foto (15 detik x 30 fps). Yang membedakannya dengan StopMotion, timelapse make interval waktu antara satu foto dengan foto berikutnya. Kenapa? Karena objek yang difoto mempunyai gerakan yang lambat. 

Buat timelapse awan, saya make interval 10 detik karena pergerakannya udah mulai kelihatan. Itu berarti, dalam 10 detik saya cuman dapet satu foto. Satu menit, saya dapet 6 foto. 75 menit, saya baru dapet 450 foto. Dan kalo dijadiin video dengan kecepatan 30 fps, dapet deh video timelapse berdurasi 15 detik. 

Nah, biar interval antara satu foto dengan foto berikutnya lancar dan konsisten, pake fitur di kamera yang namanya interval shooting. Kalo di iPhone, saya make aplikasi iMotion. Karena ada fitur membuat video timelapse, saya tinggal ngatur deh berapa interval yang gue mau. Habis itu, tungguin hasil fotonya dan atur kecepatan videonya. 

Kalo di kamera nggak ada fitur interval shooting, kalian bisa beli alat yang namanya intervalometer. Kayak gini nih: 


Tinggal tentuin interval waktunya berapa lama, dan berapa foto yang mau diambil. Misalkan lagi nih, kalian pengen ngambil foto setiap 10 detik selama satu jam (60 menit). Satu menit, kalian baru dapet satu foto. Di kamera, kalian perlu set jumlah fotonya jadi 360 frame (60 menit x 6 foto). Dengan foto sebanyak itu, kalo dibuat video dengan kecepatan 30 fps hanya akan jadi video berdurasi 12 detik (360 foto : 30 fps).

Lanjut, hal yang harus ada kalo buat video timelapse adalah: 

1) Memory. Video timelapse itu memerlukan banyak foto. Kalo sampai 1000 foto lebih, pasti banyak makan memory. Jadi, harus siap-siap memory yang banyak ya.

2) Kamera. Udah pasti, ya. Kan nggak mungkin juga foto pake kalkulator. Situ mau foto apa hitung-hitungan?! Buat yang udah professional, biasanya sih pada make kamera DSLR. 

3) Tripod. Ini nggak wajib, sih. saya aja sampai sekarang cuman make ganjelan seadanya, terus sayasenderin ke teralis jendela. Kuncinya: harus pinter manfaatin barang di sekitar juga. Kalo ada yang gratis, ngapain bayar? Tapi ke depannya, saya bakalan butuh tripod juga karena pengen coba bikin banyak video timelapse di luar rumah.  

4) Intervalometer. Kalo punya fitur interval shooting, nggak begitu diperluin. Fungsinya: biar tangan nggak pegel karena tiap berapa detik sekali harus mencetin tombol foto. 

5) Snack. Karena buat video timelapse itu memerlukan banyak waktu, snack wajib ada buat menemani kita biar nggak keliatan kurang kerjaan. Kalo buat timelapse di rumah sih, bisa ditinggalin sambil mainin laptop atau bahkan tidur dulu. Kalo buat timelapse di luar rumah, terpaksa harus ditungguin sampai selesai. Dan snack lah yang akan menemani. 


Kalo nggak ditungguin... ya paling kamera, tripod, intervalometer kalian bakalan hilang. 

Nggak jarang, kita juga pasti ngalamin..


6) Bosan. Jelas, bayangin aja kalo pengen buat timelapse matahari terbit. Pastinya harus nungguin dari sebelum mataharinya muncul, sampai akhirnya matahari menampakkan diri. Pengen buat timelapse awan apalagi. Bisa berjam-jam sampai pergerakannya mulai kelihatan dan berubah-ubah. 

Tips Mendapatkan Hasil Gerakan Lambat yang Maksimal

Di era kamera digital sekarang ini, mendapatkan gambar dalam gerakan lambat sudah bukan masalah lagi. Bahkan, untuk gerakan lambat yang sangat halus pun kamera-kamera yang ada sudah mampu melakukannya. Gerakan lambat atau slow motion bisa digunakan sebagai suatu efek spesial untuk menambah dramatis ataupun menguatkan sebuah mood yang ingin dibangun dalam video. Efek ini sangat tepat digunakan terutama untuk adegan-adegan yang bergerak atau memiliki kecepatan tinggi.
Younameit! Productions (Ilustrasi : http://veehd.com/)

Efek seperti ini bisa dengan mudah kita dapatkan apabila kita menggunakan kamera yang memilikiframe rate tinggi seperti Phantom ataupun RED Scarlet. Tetapi, bagi sebagian orang kamera-kamera tersebut memiliki harga sewa yang terbilang mahal. Apalagi untuk ukuran kantong para indie filmmaker. Sebenarnya untuk mendapatkan hasil gerakan lambat dalam video, kita masih bisa menggunakan kamera DSLR yang ada sekarang ini seperti kamera 7D. Kamera Canon seri 5D sebenarnya juga bisa kita gunakan. Tetapi, untuk hasil yang lebih maksimal, kamera 7D adalah pilihan terbaik karena menyediakan fitur 50 atau 60 frame per second (fps). Memang tidak akan sehebat gambar-gambar dari kamera Phantom ataupun RED, tetapi hasilnya tetap memuaskan.
Berikut ini tips-tips yang bisa kita terapkan untuk mendapatkan gambar slow motion dengan kamera 7D atau kamera DSLR lainnya yang menyediakan fitur 50 atau 60 fps :
1. Usahakan kamera tetap stabil (steady). Pegang kamera kita dengan kedua tangan. Jika objek bergerak, pan kamera dengan perlahan untuk mengurangi goyangan pada kamera. Sehingga pada saat diedit gerakan lambat yang tertangkap akan terasa halus.
2. Jika memungkinkan, gunakan tripod. Meminimalkan goyangan akan membantu software editing untuk mengenali gambar mana yang akan diproses menjadi gerakan lambat.
3. Tempatkan objek dengan latar belakang yang plain (tidak ramai dengan objek-objek lain). Latar belakang dengan banyak objek bergerak atau lalu lalang akan menyulitkan kita saat materi diedit.
4. Usahakan shooting di tempat yang memiliki pencahayaan baik. Kondisi cahaya yang cukup akan membantusoftware editing, menentukan objek yang akan di-slow motion. Selain itu, dengan kondisi cahaya yang cukup memudahkan kita untuk menaikkan shutter speed hingga mendapatkan gerakan lambat yang maksimal.
5. Kamera DSLR pada umumnya menawarkan jumlah 24, 25, atau 30 fps. Jumlah fps ini sebenarnya tetap bisa kita gunakan untuk gerakan lambat meskipun tidak sehalus 50 atau 60 fps. Jumlah frame yang tinggi akan membantu kamera mendapatkan input data atau frame lebih banyak untuk diproses menjadi gerakan lambat.
6. Jangan melakukan proses gerakan lambat berlebihan, melebihi kemampuan kamera menangkap jumlah frame. Gerakan lambat yang berlebihan akan membuat video menjadi tidak fokus. Untuk mengakali hal ini, kita bisa menumpuk tambahan layer pada proses editing. Penambahan layer ini berguna untuk menyamarkan ketidakfokusan pada gambar. Tambahan layer bisa berupa pendaran cahaya matahari atau pantulan cahaya pada air.